Pada tanggal 9 Maret 1943, diumumkan lahirnya gerakan baru yang disebut
Pusat Tenaga Rakyat atau Putera. Pemimpinnya adalah empat serangkai,
yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas Mansyur.
Tujuan Putera menurut versi Ir. Soekarno adalah untuk membangun dan
menghidupkan segala sesuatu yang telah dirobohkan oleh imperialisme
Belanda.
Adapun tujuan bagi Jepang adalah untuk memusatkan segala potensi
masyarakat Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Oleh karena
itu, telah digariskan sebelas macam kegiatan yang harus dilakukan
sebagaimana tercantum dalam peraturan dasarnya. Di antaranya yang
terpenting adalah memengaruhi rakyat supaya kuat rasa tanggung jawabnya
untuk menghapuskan pengaruh Amerika, Inggris, dan Belanda, mengambil
bagian dalam mempertahankan Asia Raya, memperkuat rasa persaudaraan
antara Indonesia dan Jepang, serta mengintensifkan pelajaran-pelajaran
bahasa Jepang. Di samping itu, Putera juga mempunyai tugas di bidang
sosial-ekonomi.
Jadi, Putera dibentuk untuk membujuk para kaum nasionalis sekuler dan golongan intelektual agar mengerahkan tenaga dan pikirannya guna membantu Jepang dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur Raya. Organisasi Putera tersusun dari pemimpin pusat dan pemimpin daerah. Pemimpin pusat terdiri dari pejabat bagian usaha budaya dan pejabat bagian propaganda.
Akan tetapi, organisasi Putera di daerah semakin hari semakin mundur. Hal ini disebabkan, antara lain,
a. keadaan sosial masyarakat di daerah ternyata masih terbelakang, termasuk dalam bidang pendidikan, sehingga kurang maju dan dinamis;
b. keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu berakibat mereka tidak dapat membiayai gerakan tersebut.
Dalam perkembangannya, Putera lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera dan mementingkan pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar